Judul:Hana
Kirai yo! (chapter 2)
Genre: Fantasy, Horor, Romance, Supernatural
POV Gakupo
*Flashback
Matahari
mulai menyembunyikan dirinya, dan aku mulai mempercepat langkah kakiku.
“J-jalan
ini...” Gumamku takut.
Banyak rumor
mengatakan bahwa tempat ini marak terjadi tindak kejahatan. Aku terus waspada
menulusuri jalan itu. Ya sii, tempatnya agak ramai. Tapi ini kan kota besar,
walaupun ada seseorang yang dirampok. Orang-orang lain tak mempedulikannya,
mereka seakan tak melihat kejadian apapun.
“Selamatkan diri sendiri, jangan pedulikan
orang lain”. Mungkin kata-kata itu cocok untuk orang-orang di Kota ini.
Tiba-tiba
aku merasa ada seseorang yang mengikutiku dari belakang, ku tengok ke belakang
berkali-kali untuk memastikan.
“Tak ada
apa-apa, mungkin hany----“ Belum selesai aku melanjutkan kata-kataku, tiba-tiba
muncul segerombolan orang yang menangkapku dan membawaku ke sebuah jalan kecil.
Sebelumnya aku berontak, mencoba terus melawan, tapi kekuatanku tak sebanding
dengan 3 orang penjahat itu.
Aku bisa
merasakan semua orang memperhatikanku, tapi mereka seolah tak peduli, tak
memperhatikanku dan lewat begitu saja.
“Bawa dia
kesini!” Perintah seorang laki-laki dengan muka yang menakutkan.
“Siap bos!”
Jawab mereka serempak.
Ketiga
penjahat itu menggangguk dan menyeretku mendekati bosnya.
“Mana uangmu,
hah!” Teriak bos para penjahat itu.
“Simatta,
aku baru saja kehilangan uangku. Andai saja aku punya uang, akan ku beri uangku
pada mereka. Pasti mereka berdua akan membiarkanku kabur” Gumamku panik.
“Aku
kehilangan uangku” Jawabku.
“HA?!
Nandatte! Berarti kau tak membawa uang sama sekali, sudah ku bilang kan! Ini
anak tak ada uangnya, kenapa kau menyarankan kita menangkap anak ini? Bodoh!
Jika kita mendapat tangkapan seperti ini, kita hanya akan membuat bos marah!!”
Teriak penjahat itu sambil memukul kepala temannya.
“Go-gomen!
Dia terlihat takut saat melintasi jalan tadi. Mukanya juga seperti anak orang
kaya, dia juga terlihat lemah. Jadi kita bisa dengan mudah menangkapnya.” Jawab
salah satu temannya.
“Ahh,, bodoh! Muka anak ini seperti anak orang kaya.
Matamu baik-baik saja? Apa perlu aku memeriksanya?! Mana mungkin anak orang
kaya pulang sekolah jalan kaki seperti dia! Agghh!!! Dasar!! Masa bodoh! Jika
dia tak punya uang, Kita hajar saja dia sampai babak belur!” Teriak bosnya.
Ya,,, mereka
berempat terus memukuliku sambil terbahak riang. Di ujung jalan sana banyak
orang yang lewat, mungkin percuma saja kalau aku meminta bantuan mereka. Aku
hanya bisa menerima rasa sakit pukulan dari dua penjahat itu “Betapa
pengecutnya aku ini..” Gumamku menyesali diri sendiri.
Tak berapa
lama aku bergumam, tiba-tiba dari kejauhan terlihat beberapa orang menuju
kemari.
“Uso dayo
ne? Ada orang yang menuju kemari untuk menolongku? Sepertinya itu Satu orang
perempuan & dua orang laki-laki” Gumamku
“Dasar lemah! Dasar payah! Menghajar
orang-orang yang tak bersalah ini, dan memalak uangnya! Ayo kita serang dua
penjahat ini!” Perintah wanita itu, tanpa pikir panjang dua orang laki-laki itu
mengikuti apa perintahnya. Mungkin wanita itu adalah ketuanya.
Hanya dalam
hitungan beberapa detik, para penjahat itu dapat dilumpuhkan.
“Mereka kuat sekali..” Gumamku takjub
“Rasakan
itu! Itulah rasanya ketika kau menghajar seseorang. Bagaimana rasanya? Pasti
sakit kan? Kalian terus menghajar orang-orang hanya ingin mendapatkan semua ini
kan? (sambil melempar banyak uang ke hadapan para penjahat itu) Ambil saja!
Uangku masih banyak di markas! Oh ya! Tentang markas, apakah kalian ingin
bergabung dengan markasku? Kami kekurangan orang. Jika kalian bergabung,kalian
akan mendapatkan uang setiap harinya. Syaratnya hanya membantu kami bekerja,
tenang saja kerjaannya gampang kok. Kalian tak akan susah payah menghajar orang
lain lagi. Dan kau juga cowok berambut ungu! Kau mau ikutkan?” Tanya wanita
itu.
“Namaku
Gakupo Gackpoid, ya aku ingin bergabung ke markasmu. Arigatou Kaichou! Kau
telah menyelamatkan nyawaku, sedangkan orang-orang hanya melihatku, seolah tak
terjadi apa-apa. Tapi kau dan anak buahmu menolongku, kalian terlihat sangat
kuat & hebat. Maka dari itu aku ingin menjadi kuat seperti kalian, inilah
alasanku untuk bergabung ke markas. Bukan hanya semata mendapatkan uang!”
Jawabku tegas.
Empat
penjahat itu juga setuju bergabung
“Ya
sama-sama Gakupo, aku suka semangatmu itu! Kami hanya saja benci melihat
orang-orang tersiksa.Yosh! Kalian semua ikut bergabung! Ah, aku hampir lupa
memperkenalkan diriku. Namaku Meiko, aku adalah ketua dari markas . Ini Kaito
(menunjuk laki-laki berambut biru) sebagai wakil ketua. Dan laki-laki
berkacamata itu adalah Kiyoteru dia sebagai bendahara, tugasnya bukan hanya
mengatur uang. Tapi juga mengatur strategi dan sebagainya. Sebenarnya ada
banyak orang-orang lagi yang ingin ku perkenalkan pada kalian, tapi saat ini
mereka berada di markas. Ayo ikuti aku!!” Perintah Meiko.
Aku hanya
mengikuti dari belakang, ternyata mereka ke sini menggunakan mobil. Mobil
takkan cukup masuk ke gang kecil seperti tadi, makanya mereka memilih berlari
untuk menyelamatkanku. Kiyoteru yang menyetir mobil itu. Didalam mobil aku
merasa risih, karena sebangku dengan para penjahat itu. Tapi Meiko tersenyum
dan berusaha mencairkan suasana, berkatnya aku menjadi sedikit lebih tenang.
Tak berapa
lama kemudian kami sampai disebuah bangunan tua yang besar, dari luar bangunan
itu terlihat biasa saja.
“Hah?
Bangunan tua ini adakah sebuah markas? Yang benar saja? Dari luar terlihat tua
& rapuh.. Apalagi didalamnya?” Gumamku bingung sambil mengikuti mereka
memasuki bangunan itu.
Tarik lagi,
apa yang ku ucapkan sebelumnya. Dari dalam bangunan, ini sangat indah &
bagus, banyak dihiasi lampu-lampu dan juga banyak senjata?
Aku sempat
curiga, kenapa markas ini dipenuhi dengan senjata. Seketika kecurigaanku hilang
saat disambut hangat oleh orang-orang yang ada di markas ini. Sebelumnya ku
pikir orang-orang disini jahat & akan memusuhi anggota baru sepertiku. Tapi
tidak, apa yang ku pikirkan berbanding terbalik dengan kenyataanya.
“Mereka
semua baik, hentikan pemikiran negatifku ini..” Gumamku.
Dan mulai
dari saat itu aku bergabung bersama mereka, mereka mulai mengajariku cara
bertarung dan memakai senjata. Sekarang aku merasa diriku sedikit menjadi kuat,
tapi kupikir kekuatan ini masih tak cukup. Aku harus berlatih dan berlatih
lagi. Aku tak mau menjadi pecundang, dipandang rendah orang lain. Kegiatanku di
markas hanya mengantarkan barang ke tempat tertentu, tempat-tempat tersebut
agak dekat dengan markas. Entah barang apa yang ku bawa..
Prinsip
dimarkas itu “ Laksanakan tugas yang telah diberi, jangan melakukan tugas yang
tak perlu”.
Dimarkas itu
aku merasa nyaman & terlindungi oleh mereka. Mereka sudah ku anggap sebagai
keluargaku sendiri.
*End
Flasback
“Hah apa
maksudnya? Bagaimana mereka mendapatkan uang sebanyak itu? Dan juga apa barang
yang diantarkan Gakupo ketika sedang menjalankan tugasnya?” Gumamku bingung.
“Gakupo! Aku
ingin bertanya sesuatu. Apa---“
“—se-sebentar,
bukan urusanku bertanya seperti itu..” Gumamku lagi.
“Apa yang
ingin kau tanyakan Kaichou?” Tanya Gakupo
“T-tidak,
aku hanya ingin bertanya. E-eto, sampai kapan kita dihukum seperti ini?! Aku
lelah!!” Teriakku mengalihkan topik pembicaraan.
“Bersabarlah
-_- ” Jawab Gakupo sedikit bingung.
Mulai dari
saat itu aku mulai berteman dengan Gakupo. Berteman dengan brandalan, selalu
berkata kasar. Berkata kasar? Aku hanya mengatakan yang sebenarnya, apakah itu
salah? Itulah orang-orang yang pikirkan
tentangku. Aku selalu tertutup dengan orang lain, tapi tidak dengan Gakupo.
Kurasa dia orang yang baik, yang dapat menerima sifatku yang seperti ini.
Waktu terus
berjalan, terik matahari tak menggoyahkan pendirianku untuk mendapatkannya,
karena hari ini adalah hari terakhir untuk mendapatkan benda itu. Benda itu
sangat langka, ketika ku coba menengok ke belakang. Banyak sekali orang yang
mengantri..
“Untunglah
sisa beberapa baris lagi giliranku” Gumamku.
Tak terasa
sudah 3 jam aku mengantri disini dan...
Ditengah-tengahnya
antrian, aku tak sengaja mendengar pembicaraan pengantri lain. Mereka
membicarakan tentang pembunuhan yang marak terjadi akhir-akhir ini.
“Pembunuhan? Yang benar saja..”Gumamku hendak bertanya
pada orang dibelakangku.
“Permisi,
apa----“
“Selanjutnya!!”
Teriak penjual poster itu memotong pertanyaanku.
Dan sekarang
giliranku, tanpa pikir panjang aku langsung membeli poster itu.
“Sudahlah,
jangan pikirkan tentang berita tadi. Itu malah membuatku takut saja, mugkin
berita itu hanya hoax. Yang terpenting kan, aku mendapatkan poster ini! ” Gumamku senang.
Yap.. aku
membeli poster Len yang penjualannya sangat terbatas, besar poster itu
disesuaikan dengan tinggi Len sebenarnya! >.< Bisa dibayangkan besar
poster itu seperti apa? Maka dari itu aku sangat senang ketika mendapatkannya..
Tak bisa
kubayangkan jika poster Len shota terpampang di dinding kamarku..
“Uwaa,
setiap hari aku akan memandanginya.. >.<” Gumamku.
“Kaichou!”
Teriak Gakupo menyapaku dengan akrab.
“Y-yo!”
Jawabku sedikit lelah.
“Ah? Kenapa
kau terlihat lelah?” Tanya Gakupo cemas.
“Tidak! Aku
tidak lelah! Kau tak melihat aku sedang apa? Ini... Aku baru saja mendapatkan
poster Len yang langka..” Kataku senang.
“ Haha, yaa
aku melihatnya Kaichou. Kau terlihat senang, kalau begitu aku ikut senang
juga..” Kata Gakupo tersenyum.
Hobiku
mengoleksi poster dan miniatur, itu semua media untuk menghilangkan catatan
kelabuku yang masih sedikit terekam dipikiranku. Walaupun itu semua tak sama
sekali menghilangkan ingatanku tentang kejadian itu.
“Yosh! Aku
pulang dulu, aku ingin menikmati waktuku dengan Len-sama~” Kataku senang.
“H-ha’i,
hentai onna -_-!” Kata Gakupo sedikit berbisik.
“Hah? Apa
yang kau katakan barusan? Bisa kau ulang?!” Teriakku.
“Onna-na-na-
naikmatilah waktumu bersama Len-sama. Kaichou!!~~” Kataku terbata-bata
“Yo,
makasih. Ja ne, Gakupo!” Teriakku melambaikan tangan padanya.
“Untung saja
aku mendapatkan alasan yang bagus. Jika tidak... -_-“ Gumam Gakupo
“—Yo, Ja!!”
Balas Gakupo melambaikan tangan padaku.
Jalan
rumahku dengan Gakupo berbeda arah.
Tiba-tiba
saja aku mencium aroma bunga , (lagi-lagi hal seperti ini terjadi). Aroma bunga
yang kucium saat ini sama persis dengan aroma bunga yang kucium di ruang
kerajinan sekolah & sebelum kecelakaan waktu itu terjadi. Setelah mencium
aroma bunga itu, tanpa sepengetahuanku. Kakiku bergerak sendiri menghampiri
Gakupo.
“Gakupo!
Kalau ingin pulang ke rumah, sebaiknya jangan lewat jalan yang biasanya. Lebih
baik kau melewati jalan memutar” Tegurku.
“Kena—“
Belum selesai Gakupo menyelasaikan pertanyannya, aku langsung memotongnya.
“Jangan
tanya, kenapa! Ikutilah perkataan ku ini!!” Teriakku.
Gakupo sempat
terlihat bingung ketika aku menyuruhnya lewat jalan memutar.
“Kenapa
Kaichou berkata seperti itu? Ah.. Sudahlah, ikuti saja perkatannya.” Gumam
Gakupo.
“Ya, aku
akan jalan memutar..” Jawab Gakupo mulai melakukan apa yang ku suruh.
“Kenapa aku
berkata seperti itu? Ketika aku mencium aroma bunga itu, tiba-tiba Serasa ada
rangsangan dari dalam tubuhku sehingga membuat kaki dan mulut ini bergerak
dengan sendirinya.” Gumamku bingung sambil menutupi mulutku dengan kedua
tanganku.
Sesampai
dirumah, tanpa pikir panjang, aku langsung memajang poster Len di dinding
kamarku.
“Huwaa,,
Len-sama~” Gumamku senang.
-Kejadian hari ini membuatku sangat lelah,
sebaiknya aku beristirahat dengan cepat. Mungkin saat aku bangun besok pagi,
kejadian ini takkan terulang lagi. Mungkin semua kejadian tadi hanya efek dari
trauma ku. Yosh! Oyasumi~-
*Keesokan
harinya
Aroma bunga
tercium, itu membuatku terganggu. Lagi-lagi kakak meramu parfum. Setelah ku
buka kedua mataku, aku tercengang. Bagaimana tidak? Kamarku yang sebelumnya
dipenuhi poster & miniatur anime. Tiba-tiba saja berubah dipenuhi hiasan
bunga, ada bunga mawar, melati, lilly, matahari dan masih banyak lagi jenis
bunga itu (Aku tak telalu tau, tentang jenis-jenis bunga).
Cat dinding
kamarku diwarnai pink sebagai dasarnya, penuh dihiasi bunga. Kerjaannya sangat
teliti, tak ada se-inch pun yang terlewati, semuanya dihiasi dengan
bunga-bunga.
“Luka
nee-chan!!!!!!!!!!” Teriakku marah.
“Bagaimana caranya dia membuat kamarku
dipenuhi dengan banyak hiasan bunga hanya dalam waktu semalam saja? Itu tidak
mungkin kan?! Apalagi kerjaannya itu sangat teliti. Apa mungkin dia sendiri
yang mengerjakannya? Lupakan tentang kamarku. Poster & miniatur anime ku
mana!!” Gumamku marah sambil menuju
kamar kaka.
Tiba-tiba
aku mendengar suara pecahan kaca berasal dari kamar Kakak
“Lagi-lagi
dia memecahkannya, tak bisa kah lebih berhati-hati?” Gumamku khawatir sambil
mempercepat langkah kakiku.
Kakak sering meramu parfum dikamarnya. Tapi yang
anehnya dia hampir sering memecahkan sesuatu.
“Arigatou..”
Katanya tersenyum.
Terlihat
Kakak terduduk, sambil memegangi jari telunjuk tangan kanannya yang terbungkus
rapi hansaplast. Disampingnya terlihat peralatan meramunya pecah, sontak aku
kaget dan langsung menghampiri Kakak. Ada banyak bekas darah Kakak di lantai,
rupanya lukanya lumayan parah.
“Kau tak apa
Nee-chan? Nah kan? Peralatanmu ini pecah lagi! Sudah berapa kali kau
menghancurkan peralatanmu? Sekali-kali belilah barang yang tak terbuat dari
kaca. Untung hanya jari tanganmu yang kena, kalo bagian lain. Bagaimana!? Aku
tak ingin kehilangan orang yang kusayang, disebabkan pecahan kaca lagi!!”
Teriakku marah, mataku mulai berkaca-kaca.
“Iya,
gomen,gomen. Nee-chan akan lebih hati-hati. Jangan menangis...” Jawab Kakakku
tersenyum sambil memelukku.
Raut mukanya
terlihat sedikit kesakitan, pasti dia ingin menyembunyikan rasa sakitnya karena
tidak ingin membuatku khawatir.
“Hentikan,
sudah jangan peluk aku. Aku bukan anak-anak lagi, kau tak ingat, aku sekarang
murid SMP! Siapa bilang aku ingin menangis... Oh ya! Barusan Nee-chan bilang
Arigatou kan? Nee-chan bilang ke siapa? Sedangkan di kamar nee-chan sendiri tak
ada siapapun. Ah~ Kau menyembunyikan laki-laki disini ya. Ternyata kau berani
juga~” Senyumku licik sengaja menggoda Luka-Nee
“Arigatou
Nee-chan, pelukanmu membuatku sedikit tenang.” Gumamku.
“Tidak! Aku
tidak menyembunyikan laki-laki atau siapapun!” Teriaknya malu.
“ Kalau tak
benar, kenapa Nee-chan malah berteriak seperti itu? Ahh... Sudahlah, kenapa
tadi peralatan-peralatan Nee-chan bisa pecah? Takku, membuatku khawatir saja..”
Tanyaku.
“Tadi mereka
bermain kejar-kejar’an, padahal Nee-chan sedang meramu parfum. Mereka keasyikan
bermain dan akhirnya menabrak Nee-chan, membuat semua peralatan Nee-chan pecah,
padahal sebelumnya sudah Nee-chan bilang hati-hati. Nee-chan terkejut dan tak
sengaja pecahan kaca dari peralatan itu mengenai jari tangan Nee-chan..
Hehehe..” Jawabnya tertawa.
“Hah? Apa
yang kau bicarakan Nee-chan? Mereka? Mereka siapa?” Tanyaku sedikit bingung.
“---ehh,
tidak. Cerita tadi tidak benar, yang sebenarnya.. Nee-chan tak hati-hati saat
meramu parfum, karena keasyikan. Dan tak sengaja membuat peralatan Nee-chan
pecah. Miku-chan taukan? Bagaimana sifat Nee-chan saat meramu parfum?”
Tanyanya.
Hah?? Sifat Nee-chan Aneh sekali.. Apa yang
sebenarnya terjadi?
Continued~