Minggu, 31 Mei 2015

Hana? Kirai yo! (Chapter 2)



Judul:Hana Kirai yo! (chapter 2)
Genre: Fantasy, Horor, Romance, Supernatural



POV Gakupo
*Flashback

Matahari mulai menyembunyikan dirinya, dan aku mulai mempercepat langkah kakiku.
“J-jalan ini...” Gumamku takut.

Banyak rumor mengatakan bahwa tempat ini marak terjadi tindak kejahatan. Aku terus waspada menulusuri jalan itu. Ya sii, tempatnya agak ramai. Tapi ini kan kota besar, walaupun ada seseorang yang dirampok. Orang-orang lain tak mempedulikannya, mereka seakan tak melihat kejadian apapun.
 “Selamatkan diri sendiri, jangan pedulikan orang lain”. Mungkin kata-kata itu cocok untuk orang-orang di Kota ini.

Tiba-tiba aku merasa ada seseorang yang mengikutiku dari belakang, ku tengok ke belakang berkali-kali untuk memastikan.
“Tak ada apa-apa, mungkin hany----“ Belum selesai aku melanjutkan kata-kataku, tiba-tiba muncul segerombolan orang yang menangkapku dan membawaku ke sebuah jalan kecil. Sebelumnya aku berontak, mencoba terus melawan, tapi kekuatanku tak sebanding dengan 3 orang penjahat itu.

Aku bisa merasakan semua orang memperhatikanku, tapi mereka seolah tak peduli, tak memperhatikanku dan lewat begitu saja.

“Bawa dia kesini!” Perintah seorang laki-laki dengan muka yang menakutkan.
“Siap bos!” Jawab mereka serempak.
Ketiga penjahat itu menggangguk dan menyeretku mendekati bosnya.

“Mana uangmu, hah!” Teriak bos para penjahat itu.

“Simatta, aku baru saja kehilangan uangku. Andai saja aku punya uang, akan ku beri uangku pada mereka. Pasti mereka berdua akan membiarkanku kabur” Gumamku panik.

“Aku kehilangan uangku” Jawabku.

“HA?! Nandatte! Berarti kau tak membawa uang sama sekali, sudah ku bilang kan! Ini anak tak ada uangnya, kenapa kau menyarankan kita menangkap anak ini? Bodoh! Jika kita mendapat tangkapan seperti ini, kita hanya akan membuat bos marah!!” Teriak penjahat itu sambil memukul kepala temannya.
“Go-gomen! Dia terlihat takut saat melintasi jalan tadi. Mukanya juga seperti anak orang kaya, dia juga terlihat lemah. Jadi kita bisa dengan mudah menangkapnya.” Jawab salah satu temannya.
“Ahh,,  bodoh! Muka anak ini seperti anak orang kaya. Matamu baik-baik saja? Apa perlu aku memeriksanya?! Mana mungkin anak orang kaya pulang sekolah jalan kaki seperti dia! Agghh!!! Dasar!! Masa bodoh! Jika dia tak punya uang, Kita hajar saja dia sampai babak belur!” Teriak bosnya.


Ya,,, mereka berempat terus memukuliku sambil terbahak riang. Di ujung jalan sana banyak orang yang lewat, mungkin percuma saja kalau aku meminta bantuan mereka. Aku hanya bisa menerima rasa sakit pukulan dari dua penjahat itu “Betapa pengecutnya aku ini..” Gumamku menyesali diri sendiri.

Tak berapa lama aku bergumam, tiba-tiba dari kejauhan terlihat beberapa orang menuju kemari.

“Uso dayo ne? Ada orang yang menuju kemari untuk menolongku? Sepertinya itu Satu orang perempuan & dua orang laki-laki” Gumamku
 “Dasar lemah! Dasar payah! Menghajar orang-orang yang tak bersalah ini, dan memalak uangnya! Ayo kita serang dua penjahat ini!” Perintah wanita itu, tanpa pikir panjang dua orang laki-laki itu mengikuti apa perintahnya. Mungkin wanita itu adalah ketuanya.

Hanya dalam hitungan beberapa detik, para penjahat itu dapat dilumpuhkan.

 “Mereka kuat sekali..” Gumamku takjub

“Rasakan itu! Itulah rasanya ketika kau menghajar seseorang. Bagaimana rasanya? Pasti sakit kan? Kalian terus menghajar orang-orang hanya ingin mendapatkan semua ini kan? (sambil melempar banyak uang ke hadapan para penjahat itu) Ambil saja! Uangku masih banyak di markas! Oh ya! Tentang markas, apakah kalian ingin bergabung dengan markasku? Kami kekurangan orang. Jika kalian bergabung,kalian akan mendapatkan uang setiap harinya. Syaratnya hanya membantu kami bekerja, tenang saja kerjaannya gampang kok. Kalian tak akan susah payah menghajar orang lain lagi. Dan kau juga cowok berambut ungu! Kau mau ikutkan?” Tanya wanita itu.

“Namaku Gakupo Gackpoid, ya aku ingin bergabung ke markasmu. Arigatou Kaichou! Kau telah menyelamatkan nyawaku, sedangkan orang-orang hanya melihatku, seolah tak terjadi apa-apa. Tapi kau dan anak buahmu menolongku, kalian terlihat sangat kuat & hebat. Maka dari itu aku ingin menjadi kuat seperti kalian, inilah alasanku untuk bergabung ke markas. Bukan hanya semata mendapatkan uang!” Jawabku tegas.
Empat penjahat itu juga setuju bergabung

“Ya sama-sama Gakupo, aku suka semangatmu itu! Kami hanya saja benci melihat orang-orang tersiksa.Yosh! Kalian semua ikut bergabung! Ah, aku hampir lupa memperkenalkan diriku. Namaku Meiko, aku adalah ketua dari markas . Ini Kaito (menunjuk laki-laki berambut biru) sebagai wakil ketua. Dan laki-laki berkacamata itu adalah Kiyoteru dia sebagai bendahara, tugasnya bukan hanya mengatur uang. Tapi juga mengatur strategi dan sebagainya. Sebenarnya ada banyak orang-orang lagi yang ingin ku perkenalkan pada kalian, tapi saat ini mereka berada di markas. Ayo ikuti aku!!” Perintah Meiko.

Aku hanya mengikuti dari belakang, ternyata mereka ke sini menggunakan mobil. Mobil takkan cukup masuk ke gang kecil seperti tadi, makanya mereka memilih berlari untuk menyelamatkanku. Kiyoteru yang menyetir mobil itu. Didalam mobil aku merasa risih, karena sebangku dengan para penjahat itu. Tapi Meiko tersenyum dan berusaha mencairkan suasana, berkatnya aku menjadi sedikit lebih tenang.

Tak berapa lama kemudian kami sampai disebuah bangunan tua yang besar, dari luar bangunan itu terlihat biasa saja.
“Hah? Bangunan tua ini adakah sebuah markas? Yang benar saja? Dari luar terlihat tua & rapuh.. Apalagi didalamnya?” Gumamku bingung sambil mengikuti mereka memasuki bangunan itu.

Tarik lagi, apa yang ku ucapkan sebelumnya. Dari dalam bangunan, ini sangat indah & bagus, banyak dihiasi lampu-lampu dan juga banyak senjata?
Aku sempat curiga, kenapa markas ini dipenuhi dengan senjata. Seketika kecurigaanku hilang saat disambut hangat oleh orang-orang yang ada di markas ini. Sebelumnya ku pikir orang-orang disini jahat & akan memusuhi anggota baru sepertiku. Tapi tidak, apa yang ku pikirkan berbanding terbalik dengan kenyataanya.
“Mereka semua baik, hentikan pemikiran negatifku ini..” Gumamku.

Dan mulai dari saat itu aku bergabung bersama mereka, mereka mulai mengajariku cara bertarung dan memakai senjata. Sekarang aku merasa diriku sedikit menjadi kuat, tapi kupikir kekuatan ini masih tak cukup. Aku harus berlatih dan berlatih lagi. Aku tak mau menjadi pecundang, dipandang rendah orang lain. Kegiatanku di markas hanya mengantarkan barang ke tempat tertentu, tempat-tempat tersebut agak dekat dengan markas. Entah barang apa yang ku bawa..
Prinsip dimarkas itu “ Laksanakan tugas yang telah diberi, jangan melakukan tugas yang tak perlu”.

Dimarkas itu aku merasa nyaman & terlindungi oleh mereka. Mereka sudah ku anggap sebagai keluargaku sendiri.
*End Flasback

“Hah apa maksudnya? Bagaimana mereka mendapatkan uang sebanyak itu? Dan juga apa barang yang diantarkan Gakupo ketika sedang menjalankan tugasnya?” Gumamku bingung.

“Gakupo! Aku ingin bertanya sesuatu. Apa---“

“—se-sebentar, bukan urusanku bertanya seperti itu..” Gumamku lagi.

“Apa yang ingin kau tanyakan Kaichou?” Tanya Gakupo
“T-tidak, aku hanya ingin bertanya. E-eto, sampai kapan kita dihukum seperti ini?! Aku lelah!!” Teriakku mengalihkan topik pembicaraan.
“Bersabarlah -_- ” Jawab Gakupo sedikit bingung.

Mulai dari saat itu aku mulai berteman dengan Gakupo. Berteman dengan brandalan, selalu berkata kasar. Berkata kasar? Aku hanya mengatakan yang sebenarnya, apakah itu salah?  Itulah orang-orang yang pikirkan tentangku. Aku selalu tertutup dengan orang lain, tapi tidak dengan Gakupo. Kurasa dia orang yang baik, yang dapat menerima sifatku yang seperti ini.

Waktu terus berjalan, terik matahari tak menggoyahkan pendirianku untuk mendapatkannya, karena hari ini adalah hari terakhir untuk mendapatkan benda itu. Benda itu sangat langka, ketika ku coba menengok ke belakang. Banyak sekali orang yang mengantri..
“Untunglah sisa beberapa baris lagi giliranku” Gumamku.

Tak terasa sudah 3 jam aku mengantri disini dan...

Ditengah-tengahnya antrian, aku tak sengaja mendengar pembicaraan pengantri lain. Mereka membicarakan tentang pembunuhan yang marak terjadi akhir-akhir ini.
“Pembunuhan?  Yang benar saja..”Gumamku hendak bertanya pada orang dibelakangku.

“Permisi, apa----“

“Selanjutnya!!” Teriak penjual poster itu memotong pertanyaanku.

Dan sekarang giliranku, tanpa pikir panjang aku langsung membeli poster itu.

“Sudahlah, jangan pikirkan tentang berita tadi. Itu malah membuatku takut saja, mugkin berita itu hanya hoax. Yang terpenting kan, aku mendapatkan poster ini!   ” Gumamku senang.

Yap.. aku membeli poster Len yang penjualannya sangat terbatas, besar poster itu disesuaikan dengan tinggi Len sebenarnya! >.< Bisa dibayangkan besar poster itu seperti apa? Maka dari itu aku sangat senang ketika mendapatkannya..
Tak bisa kubayangkan jika poster Len shota terpampang di dinding kamarku..
“Uwaa, setiap hari aku akan memandanginya.. >.<” Gumamku.

“Kaichou!” Teriak Gakupo menyapaku dengan akrab.
“Y-yo!” Jawabku sedikit lelah.
“Ah? Kenapa kau terlihat lelah?” Tanya Gakupo cemas.
“Tidak! Aku tidak lelah! Kau tak melihat aku sedang apa? Ini... Aku baru saja mendapatkan poster Len yang langka..” Kataku senang.
“ Haha, yaa aku melihatnya Kaichou. Kau terlihat senang, kalau begitu aku ikut senang juga..” Kata Gakupo tersenyum.

Hobiku mengoleksi poster dan miniatur, itu semua media untuk menghilangkan catatan kelabuku yang masih sedikit terekam dipikiranku. Walaupun itu semua tak sama sekali menghilangkan ingatanku tentang kejadian itu.

“Yosh! Aku pulang dulu, aku ingin menikmati waktuku dengan Len-sama~” Kataku senang.
“H-ha’i, hentai onna -_-!” Kata Gakupo sedikit berbisik.
“Hah? Apa yang kau katakan barusan? Bisa kau ulang?!” Teriakku.
“Onna-na-na- naikmatilah waktumu bersama Len-sama. Kaichou!!~~” Kataku terbata-bata

“Yo, makasih. Ja ne, Gakupo!” Teriakku melambaikan tangan padanya.
“Untung saja aku mendapatkan alasan yang bagus. Jika tidak... -_-“ Gumam Gakupo

“—Yo, Ja!!” Balas Gakupo melambaikan tangan padaku.

Jalan rumahku dengan Gakupo berbeda arah.

Tiba-tiba saja aku mencium aroma bunga , (lagi-lagi hal seperti ini terjadi). Aroma bunga yang kucium saat ini sama persis dengan aroma bunga yang kucium di ruang kerajinan sekolah & sebelum kecelakaan waktu itu terjadi. Setelah mencium aroma bunga itu, tanpa sepengetahuanku. Kakiku bergerak sendiri menghampiri Gakupo.

“Gakupo! Kalau ingin pulang ke rumah, sebaiknya jangan lewat jalan yang biasanya. Lebih baik kau melewati jalan memutar” Tegurku.
“Kena—“ Belum selesai Gakupo menyelasaikan pertanyannya, aku langsung memotongnya.
“Jangan tanya, kenapa! Ikutilah perkataan ku ini!!” Teriakku.

Gakupo sempat terlihat bingung ketika aku menyuruhnya lewat jalan memutar.
“Kenapa Kaichou berkata seperti itu? Ah.. Sudahlah, ikuti saja perkatannya.” Gumam Gakupo.

“Ya, aku akan jalan memutar..” Jawab Gakupo mulai melakukan apa yang ku suruh.

“Kenapa aku berkata seperti itu? Ketika aku mencium aroma bunga itu, tiba-tiba Serasa ada rangsangan dari dalam tubuhku sehingga membuat kaki dan mulut ini bergerak dengan sendirinya.” Gumamku bingung sambil menutupi mulutku dengan kedua tanganku.

Sesampai dirumah, tanpa pikir panjang, aku langsung memajang poster Len di dinding kamarku.
“Huwaa,, Len-sama~” Gumamku senang.

-Kejadian hari ini membuatku sangat lelah, sebaiknya aku beristirahat dengan cepat. Mungkin saat aku bangun besok pagi, kejadian ini takkan terulang lagi. Mungkin semua kejadian tadi hanya efek dari trauma ku. Yosh! Oyasumi~-

*Keesokan harinya
Aroma bunga tercium, itu membuatku terganggu. Lagi-lagi kakak meramu parfum. Setelah ku buka kedua mataku, aku tercengang. Bagaimana tidak? Kamarku yang sebelumnya dipenuhi poster & miniatur anime. Tiba-tiba saja berubah dipenuhi hiasan bunga, ada bunga mawar, melati, lilly, matahari dan masih banyak lagi jenis bunga itu (Aku tak telalu tau, tentang jenis-jenis bunga).

Cat dinding kamarku diwarnai pink sebagai dasarnya, penuh dihiasi bunga. Kerjaannya sangat teliti, tak ada se-inch pun yang terlewati, semuanya dihiasi dengan bunga-bunga.

“Luka nee-chan!!!!!!!!!!” Teriakku marah.

 “Bagaimana caranya dia membuat kamarku dipenuhi dengan banyak hiasan bunga hanya dalam waktu semalam saja? Itu tidak mungkin kan?! Apalagi kerjaannya itu sangat teliti. Apa mungkin dia sendiri yang mengerjakannya? Lupakan tentang kamarku. Poster & miniatur anime ku mana!!” Gumamku marah sambil  menuju kamar kaka.

Tiba-tiba aku mendengar suara pecahan kaca berasal dari kamar Kakak
“Lagi-lagi dia memecahkannya, tak bisa kah lebih berhati-hati?” Gumamku khawatir sambil mempercepat langkah kakiku.
Kakak  sering meramu parfum dikamarnya. Tapi yang anehnya dia hampir sering memecahkan sesuatu.

“Arigatou..” Katanya tersenyum.

Terlihat Kakak terduduk, sambil memegangi jari telunjuk tangan kanannya yang terbungkus rapi hansaplast. Disampingnya terlihat peralatan meramunya pecah, sontak aku kaget dan langsung menghampiri Kakak. Ada banyak bekas darah Kakak di lantai, rupanya lukanya lumayan parah.

“Kau tak apa Nee-chan? Nah kan? Peralatanmu ini pecah lagi! Sudah berapa kali kau menghancurkan peralatanmu? Sekali-kali belilah barang yang tak terbuat dari kaca. Untung hanya jari tanganmu yang kena, kalo bagian lain. Bagaimana!? Aku tak ingin kehilangan orang yang kusayang, disebabkan pecahan kaca lagi!!” Teriakku marah, mataku mulai berkaca-kaca.

“Iya, gomen,gomen. Nee-chan akan lebih hati-hati. Jangan menangis...” Jawab Kakakku tersenyum sambil memelukku.

Raut mukanya terlihat sedikit kesakitan, pasti dia ingin menyembunyikan rasa sakitnya karena tidak ingin membuatku khawatir.

“Hentikan, sudah jangan peluk aku. Aku bukan anak-anak lagi, kau tak ingat, aku sekarang murid SMP! Siapa bilang aku ingin menangis... Oh ya! Barusan Nee-chan bilang Arigatou kan? Nee-chan bilang ke siapa? Sedangkan di kamar nee-chan sendiri tak ada siapapun. Ah~ Kau menyembunyikan laki-laki disini ya. Ternyata kau berani juga~” Senyumku licik sengaja menggoda Luka-Nee

“Arigatou Nee-chan, pelukanmu membuatku sedikit tenang.” Gumamku.

“Tidak! Aku tidak menyembunyikan laki-laki atau siapapun!” Teriaknya malu.
“ Kalau tak benar, kenapa Nee-chan malah berteriak seperti itu? Ahh... Sudahlah, kenapa tadi peralatan-peralatan Nee-chan bisa pecah? Takku, membuatku khawatir saja..” Tanyaku.

“Tadi mereka bermain kejar-kejar’an, padahal Nee-chan sedang meramu parfum. Mereka keasyikan bermain dan akhirnya menabrak Nee-chan, membuat semua peralatan Nee-chan pecah, padahal sebelumnya sudah Nee-chan bilang hati-hati. Nee-chan terkejut dan tak sengaja pecahan kaca dari peralatan itu mengenai jari tangan Nee-chan.. Hehehe..” Jawabnya tertawa.
“Hah? Apa yang kau bicarakan Nee-chan? Mereka? Mereka siapa?” Tanyaku sedikit bingung.
“---ehh, tidak. Cerita tadi tidak benar, yang sebenarnya.. Nee-chan tak hati-hati saat meramu parfum, karena keasyikan. Dan tak sengaja membuat peralatan Nee-chan pecah. Miku-chan taukan? Bagaimana sifat Nee-chan saat meramu parfum?” Tanyanya.

Hah?? Sifat Nee-chan Aneh sekali.. Apa yang sebenarnya terjadi?

Continued~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar