Minggu, 31 Mei 2015

Hana? Kirai yo! (Chapter 1)



Judul : Hana? Kirai yo! (chapter 1)
Genre: Fantasy, Horor, Romance, Supernatural

Kedua orangtuaku sangat menyukai bunga, mereka meramu berbagai bunga untuk dijadikan parfum. Banyak orang yang menyukai ramuan parfum orang tuaku.

Suatu hari kedua orangtuaku sengaja meluangkan waktunya untuk berlibur, karena setiap hari orangtuaku sibuk dengan pekerjaannya. Sedangkan kerjaanku hanya  bermain dan bermain, karena saat itu aku masih berumur 8 tahun.
  
Seminggu yang lalu kami sudah merencanakan liburan ke pantai, aku sangat senang karena liburan itu adalah liburan pertamaku bersama keluarga. Kami menuju pantai menggunakan mobil.

 Dengan bersemangat ku duduk  dipangkuan Ibuku, ayah duduk didepan bersama aku & ibu. Sedangkan Kakak duduk dibelakang. Entah apa yang merasuki pikiranku, dapat tertawa dengan tulus seperti itu.

 Tapi anehnya sekarang aku tak ingat lagi bagaimana caranya tertawa tanpa adanya paksaan.

“Uwaa,, ureshi!! Ureshi!! Hari ini aku berlibur bersama keluarga~” Kataku senang.
Ayah hanya tersenyum dan mengelus kepalaku, dapat kurasakan kehangatan senyuman dan elusan tangan dari Ayah.
“Attatakai..” Gumamku tersenyum

Di sepanjang perjalanan kami hanya melewati hutan dan hutan. Sangat berbeda seperti tempat tinggalku,yang  hanya ada gedung-gedung tinggi.
“Hey lihat, itu bunga Frangipani. Atau disebut juga sebagai kamboja. Bunga Frangipani adalah bunga terharum yang sangat cocok digunakan untuk bahan dasar meramu parfum! Ditempat kita tak ada bunga seperti itu” Kata Ibuku .
Aku dapat mencium aroma bunga yang ditunjuk Ibu. Benar apa yang Ibu katakan, aroma bunga Frangipani sangat harum.Ketika ku mencium bunga itu tiba-tiba terselip di pikiranku “serpihan kaca dan darah.”
“Se-serpihan kaca? Da-darah? Kowai, apa maksudnya?” Gumamku takut sambil memegang tangan Ibu.
“Kau benar, Okaa-san. Aromanya sangat harum sekali, tapi Mana bunga itu? Mana?” Tanya Ayah histeris. (Ayahku sangat menyukai bunga dari siapapun)
“Ah,, aku dapat meliha---“

Tiba-tiba stir oleng, karena ayah tak memperhatikan jalan dan terus fokus memperhatikan bunga itu.
“AYAHHH! AWAASS!!” Teriakku dengan nyaring.
“BRUAKKK!!”

Perlahan ku buka kedua mataku, ternyata mobil telah menabrak sebuah pohon besar. Mataku tercengang, tiba-tiba melihat Ibu dan Ayah tak sadarkan diri. Kepala Ayah berlumuran darah karena terbentur stir mobil. Banyak bekas darah Ayah di stir mobil itu, walaupun Ayah terluka. Dia masih sempat melindungiku dan Ibu. Ayah meninggal dalam keadaan memelukku.

 Dibagian belakang kepala Ayah banyak tertusuk pecahan kaca. Perlahan ku lepaskan pelukan Ayah, sambil mendongak ke atas, ingin melihat kondisi Ibu. Kehangatan dari tangan Ayah menghilang, padahal baru saja Ayah mengelus kepalaku dengan tangan hangatnya.

Air mata tak dapat tertampung lagi dipelupuk mataku.
“I-ibu!!!!” Teriakku menangis.
Saat  itu aku hanya bisa menangis dan menangis, terus berteriak meminta mereka membuka mata. Kenyataannya sesering kalipun aku berteriak itu takkan mengubah apapun.

Muka ibu banyak tertusuk pecahan kaca, lebih parah dari keadaan Ayah. Kakak terbangun dan langsung memelukku. Untung saja kakakku selamat. Aku tak ingin kehilangan Kakak, akan ku lindungi dia, apapun yang terjadi.

Tiba-tiba aku menyadari sesuatu,
“Darah dan serpihan kaca? Ahh.. Itu menggambarkan tentang kecelakaan ini.. Andai saja aku tau apa maksudnya sebelum terjadi kecelakaan ini. Aku pasti dapat menegur Ayah untuk lebih memperhatikan jalan. Dan andai saja bunga itu tak ada dijalan, andai saja ibu tak melihatnya.Kami semua pasti akan baik-baik saja! Haha.. Tapi semua sudah terlambat, argggh!!Hana no Baka! ORE WA HANA NO KIRAI!” Teriakku mengeluarkan semua kekesalanku.

Liburan pertama kali bersama keluarga yang sangat kuinginkan,akhirnya... gagal.


Aku sangat membenci bunga! Setiap ada bunga langsung kuhancurkan. Entah itu bunga plastik atau bunga hidup singkirkan mereka dariku!

Kepribadianku juga sepenuhnya berubah. Sebelumnya aku pribadi yang selalu bersemangat & pandai bersosialisasi. Sekarang aku menjadi lebih tertutup, tak mau bersosialisasi dengan siapapun dan akhirnya aku selalu menyendiri.

Kakak selalu berusaha menyemangatiku. Apa hanya dengan ucapan “Semangat, imouto yo! Jangan bersedih!” atau “Yang lalu biarlah berlalu”. Ingatanku tentang kecelakaan itu dapat hilang begitu saja.
“Gomenasai, aku memang payah. Aku bukan orang tegar sepertimu, yang dapat melupakan dengan cepat kejadian itu.”

Tak terasa sudah 4 tahun berlalu semenjak kematian kedua orangtuaku, sekarang aku menjadi murid SMP. Tahun-tahun sebelumnya aku mengalami kejadian aneh, tapi aku tak terlalu mempedulikan kejadian itu. Mungkin semua itu hanya perasaanku saja.


“Ittekimasu” Kataku lesu sambil keluar dari rumah.
“Yosh, itterasai. Hee?? Imouto, jangan lesu gitu dong. Dihari pertama masuk SMP, kau harus.....”
Dan Kaka mulai menyemangatiku seperti biasanya, segera ku perpercepat langkah kakiku. Entah apa yang akan dia katakan selanjutnya, aku tak terlalu mempedulikan kata-katanya.

Kau tak usah menyemangatiku begitu, ore wa daijobu yo..”

 Asalkan aku melihat Kaka baik-baik saja sambil tersenyum menyemangatiku, itu sudah cukup. Hanya Kaka , satu-satunya anggota keluargaku. Suatu saat nanti, aku ingin menjadi lebih kuat menghadapi semua ini sehingga dapat melindunginya.

Perjalanan menuju sekolah, terlihat banyak bunga dipinggiran jalan. Entah kenapa aku menangis & tanpa pikir panjang kulangsung menendang bunga-bunga itu. Ku robek, ku hancurkan & ku lempar bunga-bunga itu.
“Singkirkan bunga-bunga ini! Aku muak melihatnya!” Teriakku sambil menghapus air mataku.

Tanpa ku sadari ternyata aku sudah mengotori seragam dan rambut biru twintailku dengan tanah. Semua orang melihatku dengan tatapan yang aneh, tapi aku tak mempedulikannya. Aku hanya diam dan melanjutkan perjalananku ke sekolah.

“Abaikan orang lain, Anggap saja mereka tak a--. H-hee?! Sudah jam segini! Ini pasti gara-gara aku menghancurkan bunga-bunga bodoh itu! Andai saja bunga itu tak disana. Pasti aku akan tepat waktu, dan tak terburu-buru seperti ini. Aku tak boleh terlambat, Hayaku..Hayaku.. Jika Kakak tau aku terlambat di hari pertama sekolah, pasti aku akan mendapat siraman rohani darinya terus menerus -_- “

Hari ini adalah upacara penerimaan siswa baru, para siswa baru sepertiku disuruh berkumpul ke aula. Ketika bergegas, tiba-tiba aku mendengar suara pecahan kaca.
“KRAKK!!”

Kakiku bergerak dengan sendirinya mendatangi sumber suara pecahan kaca itu,
 “Ayah?” tanyaku memastikan.

Ternyata Suara pecahan kaca itu berasal dari gudang belakang sekolah, tempat penyimpanan hasil-hasil kerajinan siswa. Terlihat seorang laki-laki berambut ponytail berwarna ungu terduduk dibully oleh dua orang laki-laki. Dua lelaki itu seragamnya sedikit berbeda denganku.

 Seragam disekolah ini antara murid baru dan murid terdahulu berbeda. Ah..  J-jadi mereka berdua itu senpai ku.
“ Muka senpai-senpai itu sangat menakutkan, aku harus la—“ Belum selesai aku bergumam.
Tiba-tiba dia melempar vas bunga, ke arah laki-laki berambut ungu itu.

“Rasakan itu, inilah hasilnya ketika ketua kalian tak menerima kami bergabung ke markas. Yakinkanlah ketua mu, dan buat kami berdua bergabung!” Teriak salah satu senpai itu.

Banyak pecahan kaca mengenai kaki laki-laki berambut ungu itu, dia terlihat sangat kesakitan. Entah apa yang merasuki pikiranku, aku tak merasa takut atau apapun dan tanpa pikir panjang menghampiri mereka bertiga.

“Dasar! Kenapa kalian malah membully dia! Yakinkan ketuanya sana, supaya kalian dapat bergabung. Jangan malah bully dia, dia tak salah apa-apa. Ahh,, aku tau. Kalian takut kan meyakinkan ketuanya. Mengaku saja! Dan jangan sekali-sekali kalian melempar vas atau apapun yang terbuat dengan kaca, itu membuatku marah!” Teriakku.

“Oy.. oy.. ada apa ini? Oh,, baju itu. Kau murid baru sama sepertinya ya. Bukan urusanmu kan, aku membully anak ini. Apa jangan-jangan kalian pacaran? Haha.. Hey kau! (sambil menunjuk laki-laki itu) ini pacarmu membela mu. Tidak, aku takut apa yang harus ku lakukan? (nada mengedek) Apakah aku harus memukulnya?!” Teriak senpai itu sambil bersiap-siap memukul wajahku.

Aku hanya terdiam ketika dia ingin memukul mukaku, tiba-tiba...
“Aroma bunga ini, sama persis seperti aroma bunga yang membuat orang tuaku meninggal. T-tidak!!!!” Teriakku.
Saat mencium aroma bunga itu, kepalaku menjadi sakit, Nafasku tak beraturan & telingaku berdenging. Aku merasakan ada sesuatu yang aneh yang merangsang kerja dari tubuhku mencepat.
“Ahhh.. Ada apa ini? Kenapa tubuhku menjadi aneh seperti ini?” Gumamku panik.

“Apa yang kita lakukan disini, bukannya hari ini ada penerimaan murid baru. Kita lihat-lihat adek kelas yo. Siapa tau ada yang cant--, eh.. Kenapa kau terduduk seperti itu. Berdiri lah! (Sambil membantu laki-laki yang dibully tadi). Kenapa wajah kalian berdua terlihat ketakutan seperti itu, seperti melihat hantu saja. DAN SELAMAT DATANG DISEKOLAH INI!” Sambut mereka ramah pada kami.

Setelah aku mencium aroma bunga itu, seketika sikap  kedua senpai itu berubah.
“Sebenarnya apa yang terjadi? Kejadian ini selalu terjadi padaku, disaat aku mencium aroma bunga Faringipani. Perasaanku menjadi aneh.”

“Arigatou na, telah menolongku. Namaku Gakupo, namamu siapa?”
“Namaku Miku . J-jangan berterimakasih padaku. Aku hanya kebetulan lewat, dan juga aku kesal ketika dia melemparkan vas bunga padamu.  Pecahan kaca dari vas bunga itu membuat kakimu terluka. Makanya aku menolongmu! Andai saja dia tak melemparkan vas bunga itu, pasti aku takkan menolongmu!”
“Haha.. Jadi gara-gara kakiku terkena pecahan dari vas bunga itu ya? - -“ Apa kau punya kenangan buruk tentang pecahan kaca?”
“Entahlah!”
“Sebentar, luka? Perasaan tadi ada bekas luka pecahan kaca dikakiku. Kenapa sekarang tak ada? Dan juga, kenapa tadi sikap kedua senpai itu tiba-tiba berubah baik?” Lanjutnya bertanya.

POV Gakupo
Aku kaget tiba-tiba saja datang seorang cewek dengan pakaian kotor membelaku dan juga aku merasa aneh dengan apa yang terjadi tadi.
“Cewek ini sangat menjengkelkan. Tapi dia sudah menolongku, jadi aku harus baik padanya.” Gumamku.

POV Miku.

“Aku juga dari tadi bingung, kenapa tadi bisa seperti itu?” Gumamku.

“Sudahlah! Jangan banyak tanya, yang penting kau selamat!” Jawabku sewot.
“Iya,, iya,, kedua senpai tadi terlihat sangat kuat. Aku saja sampai takut, tapi diwajahmu tak terlihat ketakutan sedikitpun dan langsung membelaku, kau terlihat sangat hebat. Kau berbeda dengan wanita lain, biasanya wanita lain takut dan melarikan diri jika melihat kejadian itu. Aku juga harus menjadi kuat sepertimu” Puji Gakupo.
“Jyodan janai. Aku tak sama sekali kuat seperti apa yang kau bilang, dengan diriku yang seperti ini aku takkan bisa melindungi Kakakku...”

“ Ahh.. Dia membahas tentang Kakaknya, jika ku tanya ada apa dengan Kakaknya, pasti dia menjawab “entah lah” Lebih baik ku tanya hal lain saja.” Gumam Gakupo.

“ Haha.. Di hari pertama sekolah, seragammu sudah kotor. Apa yang membuat seragammu sampai kotor seperti itu?” Tanya Gakupo.
“Entah lah, bukan urusanmu. Sudahlah ayo kita masuk ke aula.” Jawabku.

Suasana aula sangat hening, semua diam mendengarkan pidato Kepala Sekolah. Ketika aku dan Gakupo memasuki aula semua orang yang tadinya diam dan ketika memandangi kami, mereka semua tertawa. Bagaimana tidak tertawa?
Seorang cewek memakai baju kotor berjalan bersama dengan seorang cowok memakai baju yang robek dan tak memakai alas sepatu.

Kepala Sekolah terlihat marah dan menghampiri kami berdua “Di hari pertama sekolah kalian sudah membuat masalah, kalian dihukum! Cepat berdiri di luar!”

“Aku bodoh! Kenapa tak terlebih dahulu melihat penampilanku...” Gumamku malu.

“Dasar Gakupo! Andai saja kau memakai alas sepatu pasti kita takkan dihukum seperti ini..” Teriakku marah.
“Kau juga, andai saja pakaianmu tak kotor. Pasti kita takkan dihukum!” Balasnya berteriak.
“Kau berani berteriak padaku, HAH!” Bentakku.
“T-tidak, Kaichou!!” Jawabnya.
“Haa? Kaichou?” Tanyaku bingung.

“Ya, kaichou. Karena kau telah menyelematkan nyawaku, kaichouku sebelumnya juga dia menyelematkan nyawaku. Aku ini lemah ya, selalu diselamatkan oleh seseorang” Jawabnya sedikit tertawa.
“Terserah kau ingin memanggilku apa. Bukan aku yang menyelamatkanmu tapi...”

-Aroma bunga itu yang membuatku ingin menolongmu, andai saja aku tak mencium aroma bunga itu. Pasti aku takut dan pura-pura tak tau menahu, sama seperti yang lainnya-

“Tapi apa?” Tanya Gakupo bingung.
“I-iee, Sou da! Tadi aku sempat dengar dari kedua senpai itu, mereka ingin masuk ke markasmu. Ceritakan padaku tentang markas & juga Kaichou mu itu!” Jawabku mengalihkan topik pembicaraan.
“Ya, akan ku ceritakan...”

-Continued~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar