Genre: Fantasy, Horor, Romance, Supernatural
Kedua
orangtuaku sangat menyukai bunga, mereka meramu berbagai bunga untuk dijadikan
parfum. Banyak orang yang menyukai ramuan parfum orang tuaku.
Suatu hari
kedua orangtuaku sengaja meluangkan waktunya untuk berlibur, karena setiap hari
orangtuaku sibuk dengan pekerjaannya. Sedangkan kerjaanku hanya bermain dan bermain, karena saat itu aku
masih berumur 8 tahun.
Seminggu yang lalu kami sudah merencanakan
liburan ke pantai, aku sangat senang karena liburan itu adalah liburan
pertamaku bersama keluarga. Kami menuju pantai menggunakan mobil.
Dengan
bersemangat ku duduk dipangkuan Ibuku,
ayah duduk didepan bersama aku & ibu. Sedangkan Kakak duduk dibelakang.
Entah apa yang merasuki pikiranku, dapat tertawa dengan tulus seperti itu.
Tapi anehnya sekarang aku tak ingat lagi
bagaimana caranya tertawa tanpa adanya paksaan.
“Uwaa,,
ureshi!! Ureshi!! Hari ini aku berlibur bersama keluarga~” Kataku senang.
Ayah hanya
tersenyum dan mengelus kepalaku, dapat kurasakan kehangatan senyuman dan elusan
tangan dari Ayah.
“Attatakai..”
Gumamku tersenyum
Di sepanjang
perjalanan kami hanya melewati hutan dan hutan. Sangat berbeda seperti tempat
tinggalku,yang hanya ada gedung-gedung
tinggi.
“Hey lihat, itu bunga Frangipani. Atau disebut juga sebagai
kamboja. Bunga Frangipani adalah bunga terharum yang sangat cocok digunakan
untuk bahan dasar meramu parfum! Ditempat kita tak ada bunga seperti itu” Kata
Ibuku .
Aku dapat
mencium aroma bunga yang ditunjuk Ibu. Benar apa yang Ibu katakan, aroma bunga
Frangipani sangat harum.Ketika ku mencium bunga itu tiba-tiba terselip di
pikiranku “serpihan kaca dan darah.”
“Se-serpihan
kaca? Da-darah? Kowai, apa maksudnya?” Gumamku takut sambil memegang tangan
Ibu.
“Kau benar,
Okaa-san. Aromanya sangat harum sekali, tapi Mana bunga itu? Mana?” Tanya Ayah
histeris. (Ayahku sangat menyukai bunga dari siapapun)
“Ah,, aku
dapat meliha---“
Tiba-tiba
stir oleng, karena ayah tak memperhatikan jalan dan terus fokus memperhatikan
bunga itu.
“AYAHHH!
AWAASS!!” Teriakku dengan nyaring.
“BRUAKKK!!”
Perlahan ku
buka kedua mataku, ternyata mobil telah menabrak sebuah pohon besar. Mataku
tercengang, tiba-tiba melihat Ibu dan Ayah tak sadarkan diri. Kepala Ayah
berlumuran darah karena terbentur stir mobil. Banyak bekas darah Ayah di stir
mobil itu, walaupun Ayah terluka. Dia masih sempat melindungiku dan Ibu. Ayah
meninggal dalam keadaan memelukku.
Dibagian belakang kepala Ayah banyak tertusuk
pecahan kaca. Perlahan ku lepaskan pelukan Ayah, sambil mendongak ke atas,
ingin melihat kondisi Ibu. Kehangatan dari tangan Ayah menghilang, padahal baru
saja Ayah mengelus kepalaku dengan tangan hangatnya.
Air mata tak
dapat tertampung lagi dipelupuk mataku.
“I-ibu!!!!”
Teriakku menangis.
Saat itu aku hanya bisa menangis dan menangis,
terus berteriak meminta mereka membuka mata. Kenyataannya sesering kalipun aku
berteriak itu takkan mengubah apapun.
Muka ibu
banyak tertusuk pecahan kaca, lebih parah dari keadaan Ayah. Kakak terbangun
dan langsung memelukku. Untung saja kakakku selamat. Aku tak ingin kehilangan
Kakak, akan ku lindungi dia, apapun yang terjadi.
Tiba-tiba
aku menyadari sesuatu,
“Darah dan
serpihan kaca? Ahh.. Itu menggambarkan tentang kecelakaan ini.. Andai saja aku
tau apa maksudnya sebelum terjadi kecelakaan ini. Aku pasti dapat menegur Ayah
untuk lebih memperhatikan jalan. Dan andai saja bunga itu tak ada dijalan,
andai saja ibu tak melihatnya.Kami semua pasti akan baik-baik saja! Haha.. Tapi
semua sudah terlambat, argggh!!Hana no Baka! ORE WA HANA NO KIRAI!” Teriakku
mengeluarkan semua kekesalanku.
Liburan
pertama kali bersama keluarga yang sangat kuinginkan,akhirnya... gagal.
Aku sangat
membenci bunga! Setiap ada bunga langsung kuhancurkan. Entah itu bunga plastik
atau bunga hidup singkirkan mereka dariku!
Kepribadianku
juga sepenuhnya berubah. Sebelumnya aku pribadi yang selalu bersemangat &
pandai bersosialisasi. Sekarang aku menjadi lebih tertutup, tak mau
bersosialisasi dengan siapapun dan akhirnya aku selalu menyendiri.
Kakak selalu
berusaha menyemangatiku. Apa hanya dengan ucapan “Semangat, imouto yo! Jangan
bersedih!” atau “Yang lalu biarlah berlalu”. Ingatanku tentang kecelakaan itu
dapat hilang begitu saja.
“Gomenasai,
aku memang payah. Aku bukan orang tegar sepertimu, yang dapat melupakan dengan
cepat kejadian itu.”
Tak terasa
sudah 4 tahun berlalu semenjak kematian kedua orangtuaku, sekarang aku menjadi
murid SMP. Tahun-tahun sebelumnya aku mengalami kejadian aneh, tapi aku tak
terlalu mempedulikan kejadian itu. Mungkin semua itu hanya perasaanku saja.
“Ittekimasu”
Kataku lesu sambil keluar dari rumah.
“Yosh,
itterasai. Hee?? Imouto, jangan lesu gitu dong. Dihari pertama masuk SMP, kau
harus.....”
Dan Kaka
mulai menyemangatiku seperti biasanya, segera ku perpercepat langkah kakiku.
Entah apa yang akan dia katakan selanjutnya, aku tak terlalu mempedulikan
kata-katanya.
“Kau tak usah menyemangatiku begitu, ore wa
daijobu yo..”
Asalkan aku melihat Kaka baik-baik saja sambil
tersenyum menyemangatiku, itu sudah cukup. Hanya Kaka , satu-satunya anggota
keluargaku. Suatu saat nanti, aku ingin menjadi lebih kuat menghadapi semua ini
sehingga dapat melindunginya.
Perjalanan
menuju sekolah, terlihat banyak bunga dipinggiran jalan. Entah kenapa aku
menangis & tanpa pikir panjang kulangsung menendang bunga-bunga itu. Ku
robek, ku hancurkan & ku lempar bunga-bunga itu.
“Singkirkan
bunga-bunga ini! Aku muak melihatnya!” Teriakku sambil menghapus air mataku.
Tanpa ku
sadari ternyata aku sudah mengotori seragam dan rambut biru twintailku dengan
tanah. Semua orang melihatku dengan tatapan yang aneh, tapi aku tak
mempedulikannya. Aku hanya diam dan melanjutkan perjalananku ke sekolah.
“Abaikan
orang lain, Anggap saja mereka tak a--. H-hee?! Sudah jam segini! Ini pasti
gara-gara aku menghancurkan bunga-bunga bodoh itu! Andai saja bunga itu tak
disana. Pasti aku akan tepat waktu, dan tak terburu-buru seperti ini. Aku tak
boleh terlambat, Hayaku..Hayaku.. Jika Kakak tau aku terlambat di hari pertama
sekolah, pasti aku akan mendapat siraman rohani darinya terus menerus -_- “
Hari ini
adalah upacara penerimaan siswa baru, para siswa baru sepertiku disuruh
berkumpul ke aula. Ketika bergegas, tiba-tiba aku mendengar suara pecahan kaca.
“KRAKK!!”
Kakiku
bergerak dengan sendirinya mendatangi sumber suara pecahan kaca itu,
“Ayah?” tanyaku memastikan.
Ternyata
Suara pecahan kaca itu berasal dari gudang belakang sekolah, tempat penyimpanan
hasil-hasil kerajinan siswa. Terlihat seorang laki-laki berambut ponytail
berwarna ungu terduduk dibully oleh dua orang laki-laki. Dua lelaki itu
seragamnya sedikit berbeda denganku.
Seragam disekolah ini antara murid baru dan
murid terdahulu berbeda. Ah.. J-jadi mereka
berdua itu senpai ku.
“ Muka
senpai-senpai itu sangat menakutkan, aku harus la—“ Belum selesai aku bergumam.
Tiba-tiba
dia melempar vas bunga, ke arah laki-laki berambut ungu itu.
“Rasakan
itu, inilah hasilnya ketika ketua kalian tak menerima kami bergabung ke markas.
Yakinkanlah ketua mu, dan buat kami berdua bergabung!” Teriak salah satu senpai
itu.
Banyak
pecahan kaca mengenai kaki laki-laki berambut ungu itu, dia terlihat sangat
kesakitan. Entah apa yang merasuki pikiranku, aku tak merasa takut atau apapun
dan tanpa pikir panjang menghampiri mereka bertiga.
“Dasar!
Kenapa kalian malah membully dia! Yakinkan ketuanya sana, supaya kalian dapat
bergabung. Jangan malah bully dia, dia tak salah apa-apa. Ahh,, aku tau. Kalian
takut kan meyakinkan ketuanya. Mengaku saja! Dan jangan sekali-sekali kalian
melempar vas atau apapun yang terbuat dengan kaca, itu membuatku marah!”
Teriakku.
“Oy.. oy..
ada apa ini? Oh,, baju itu. Kau murid baru sama sepertinya ya. Bukan urusanmu
kan, aku membully anak ini. Apa jangan-jangan kalian pacaran? Haha.. Hey kau!
(sambil menunjuk laki-laki itu) ini pacarmu membela mu. Tidak, aku takut apa
yang harus ku lakukan? (nada mengedek) Apakah aku harus memukulnya?!” Teriak
senpai itu sambil bersiap-siap memukul wajahku.
Aku hanya
terdiam ketika dia ingin memukul mukaku, tiba-tiba...
“Aroma bunga
ini, sama persis seperti aroma bunga yang membuat orang tuaku meninggal.
T-tidak!!!!” Teriakku.
Saat mencium
aroma bunga itu, kepalaku menjadi sakit, Nafasku tak beraturan & telingaku
berdenging. Aku merasakan ada sesuatu yang aneh yang merangsang kerja dari
tubuhku mencepat.
“Ahhh.. Ada
apa ini? Kenapa tubuhku menjadi aneh seperti ini?” Gumamku panik.
“Apa yang
kita lakukan disini, bukannya hari ini ada penerimaan murid baru. Kita lihat-lihat
adek kelas yo. Siapa tau ada yang cant--, eh.. Kenapa kau terduduk seperti itu.
Berdiri lah! (Sambil membantu laki-laki yang dibully tadi). Kenapa wajah kalian
berdua terlihat ketakutan seperti itu, seperti melihat hantu saja. DAN SELAMAT
DATANG DISEKOLAH INI!” Sambut mereka ramah pada kami.
Setelah aku
mencium aroma bunga itu, seketika sikap
kedua senpai itu berubah.
“Sebenarnya apa yang terjadi? Kejadian ini
selalu terjadi padaku, disaat aku mencium aroma bunga Faringipani. Perasaanku
menjadi aneh.”
“Arigatou
na, telah menolongku. Namaku Gakupo, namamu siapa?”
“Namaku Miku
. J-jangan berterimakasih padaku. Aku hanya kebetulan lewat, dan juga aku kesal
ketika dia melemparkan vas bunga padamu.
Pecahan kaca dari vas bunga itu membuat kakimu terluka. Makanya aku
menolongmu! Andai saja dia tak melemparkan vas bunga itu, pasti aku takkan
menolongmu!”
“Haha.. Jadi
gara-gara kakiku terkena pecahan dari vas bunga itu ya? - -“ Apa kau punya
kenangan buruk tentang pecahan kaca?”
“Entahlah!”
“Sebentar,
luka? Perasaan tadi ada bekas luka pecahan kaca dikakiku. Kenapa sekarang tak
ada? Dan juga, kenapa tadi sikap kedua senpai itu tiba-tiba berubah baik?”
Lanjutnya bertanya.
POV Gakupo
Aku kaget
tiba-tiba saja datang seorang cewek dengan pakaian kotor membelaku dan juga aku
merasa aneh dengan apa yang terjadi tadi.
“Cewek ini
sangat menjengkelkan. Tapi dia sudah menolongku, jadi aku harus baik padanya.”
Gumamku.
POV Miku.
“Aku juga
dari tadi bingung, kenapa tadi bisa seperti itu?” Gumamku.
“Sudahlah!
Jangan banyak tanya, yang penting kau selamat!” Jawabku sewot.
“Iya,, iya,,
kedua senpai tadi terlihat sangat kuat. Aku saja sampai takut, tapi diwajahmu
tak terlihat ketakutan sedikitpun dan langsung membelaku, kau terlihat sangat
hebat. Kau berbeda dengan wanita lain, biasanya wanita lain takut dan melarikan
diri jika melihat kejadian itu. Aku juga harus menjadi kuat sepertimu” Puji
Gakupo.
“Jyodan
janai. Aku tak sama sekali kuat seperti apa yang kau bilang, dengan diriku yang
seperti ini aku takkan bisa melindungi Kakakku...”
“ Ahh.. Dia
membahas tentang Kakaknya, jika ku tanya ada apa dengan Kakaknya, pasti dia
menjawab “entah lah” Lebih baik ku tanya hal lain saja.” Gumam Gakupo.
“ Haha.. Di
hari pertama sekolah, seragammu sudah kotor. Apa yang membuat seragammu sampai
kotor seperti itu?” Tanya Gakupo.
“Entah lah,
bukan urusanmu. Sudahlah ayo kita masuk ke aula.” Jawabku.
Suasana aula
sangat hening, semua diam mendengarkan pidato Kepala Sekolah. Ketika aku dan
Gakupo memasuki aula semua orang yang tadinya diam dan ketika memandangi kami,
mereka semua tertawa. Bagaimana tidak tertawa?
Seorang
cewek memakai baju kotor berjalan bersama dengan seorang cowok memakai baju
yang robek dan tak memakai alas sepatu.
Kepala
Sekolah terlihat marah dan menghampiri kami berdua “Di hari pertama sekolah
kalian sudah membuat masalah, kalian dihukum! Cepat berdiri di luar!”
“Aku bodoh!
Kenapa tak terlebih dahulu melihat penampilanku...” Gumamku malu.
“Dasar
Gakupo! Andai saja kau memakai alas sepatu pasti kita takkan dihukum seperti
ini..” Teriakku marah.
“Kau juga,
andai saja pakaianmu tak kotor. Pasti kita takkan dihukum!” Balasnya berteriak.
“Kau berani
berteriak padaku, HAH!” Bentakku.
“T-tidak,
Kaichou!!” Jawabnya.
“Haa?
Kaichou?” Tanyaku bingung.
“Ya,
kaichou. Karena kau telah menyelematkan nyawaku, kaichouku sebelumnya juga dia
menyelematkan nyawaku. Aku ini lemah ya, selalu diselamatkan oleh seseorang”
Jawabnya sedikit tertawa.
“Terserah
kau ingin memanggilku apa. Bukan aku yang menyelamatkanmu tapi...”
-Aroma bunga itu yang membuatku ingin
menolongmu, andai saja aku tak mencium aroma bunga itu. Pasti aku takut dan
pura-pura tak tau menahu, sama seperti yang lainnya-
“Tapi apa?”
Tanya Gakupo bingung.
“I-iee, Sou
da! Tadi aku sempat dengar dari kedua senpai itu, mereka ingin masuk ke
markasmu. Ceritakan padaku tentang markas & juga Kaichou mu itu!” Jawabku
mengalihkan topik pembicaraan.
“Ya, akan ku
ceritakan...”
-Continued~

Tidak ada komentar:
Posting Komentar