Judul : He is Mine
Genre: School,Slice of Life, Gore, Romance
Chapter 2/3
‘’Tidak… Aku
harus membunuhnya, aku tak boleh takut. Ini sama saja seperti membelah hewan
yang sering kulakukan. Benar! Aku harus
membunuhnya karena Rin menghina ibuku, Rin yang bikin aku dibicarakan semua
orang dan Rin yang bikin Len sakit, aku takkan pernah membiarkannya
hiduuppp!!!!’’ Gumamku.
‘’Ne,
R—riiin’’ kataku sambil menodongkan pisau kebelakangnya.
‘’apa’an sih
G—gumi’’ Tanyanya sambil berbalik, pisau
itu langsung mengenai perutnya.
Ku masukkan
pisauku lebih dalam dan lebih dalam lagi.
‘’AAAAAAAKKKKKKKKKKKKKK!!!!!!!’’
Teriak Rin kesakitan.
‘’ Lagi,
lagi, teriak lagi!! Ini berbeda dari apa yang kupikirkan, ternyata lebih
menyenangkan melakukannya pada manusia daripada hewan. Hewan tak bisa berteriak
seindah ini, dan hewan tidak bisa mengeluarkan ekspresi seperti itu…. Teriak
lagi aku sangat menyukai teriakanmu. Rinnn!!!!!’’ Teriakku sambil tertawa
terbahak-bahak.
‘’Are???Rin
mana teriakanmu yang indah itu?......, Sudahlah yang penting aku senang.’’ Gumamku.
Aku mengiris
jari tangannya sama seperti apa yang dia
lakukan pada Len. Setelah itu kusembelih kepala Rin dan memasukaanya ke tasku.
Terlihat mata Rin yang tercengang dan lidahnya yang terjulur ke luar.
‘’Pppffttttt,,,
Rin ekspresi mukamu lucu sekali. Kaulah yang pertama menjadi koleksiku Rin.
Sekarang apa yang kau rasakan setelah menjadi orang mati, Kau sudah taukan?’’
Gumamku meninggalkan badan Rin diruang Lab dan segera pergi ke makam ibu.
Sadar aku
telah membunuh Rin. Sesaat aku menangis tiba-tiba entah kenapa aku tertawa
terbahak-bahak ‘’Ne Ibuu, aku telah menemukan kesenangan yang tak pernah aku
alami, tadi baru aku saja melakukannya pada Rin. Coba liat kepala Rin Ibu,
terlihat lucu bukan? (sambil mengeluarkan kepala Rin dari dalam tas). Itu sungguh
menyenangkan sekali, aku harap kamu juga senang disana Ibu….” Jelasku mengelus
batu nisannya dan memasukan kembali kepala Rin ke dalam tasku.
Sesampai
dirumah ku pajang kepala Rin ditembok kamarku dan tak lupa mencatat namanya.
*skip*
Keesokan
harinya, aku pergi ke sekolah. Terlihat banyak orang berkumpul diruang lab,
akupun ke sana. Ekspresi anak-anak lain sangat ketakutan ketika melihat jasad
Rin tanpa kepala, entah kenapa aku sangat menyukai ekspresi mereka. Aku
berusaha menahan tawa sambil menyamakan ekspresi wajahku sama seperti mereka
semua. Dalam sekejap semua orang membicarakan tentang kematian Rin, dan
sekarang mereka tak membicarakanku lagi. ‘
’Astaga!!!
Melakukan ini selain menyenangkan juga mendapat banyak keuntungan, Yatta!!!
Sekarang aku mudah mendekati Len, tak ada penganggu lagi!!!’’ Gumamku
kegirangan.
Sekarang aku
membunuh karena ada seseorang yang membuatku jengkel, seseorang yang nyakiti
Len, atau karena aku tak ada kerjaan. Tak terasa banyak sekali nama-nama orang
yang ada dibuku catatanku, otomatis bertambah banyak barang-barang koleksiku.
Entah kapan aku berhenti membunuh seperti ini?Ku pikir aku akan selalu
melakukannya karena sangat menyenangkan >.>, “yahhh… Jalani hidup seperti
angin’’ Gumamku.
Tiba-tiba Len
datang menghampiriku,
‘’ Ada apa
Len?’’ Tanyaku tersenyum.
‘’ Aku harap
kamu berhati-hati ya, banyak sekali anak perempuan yang terbunuh di sekolah
ini. Aku pasti akan melindungimu Gumi, maka dari itu… Ee—tooo, k—kau maukan
jadi p—p-pacarku?’’ Tanyanya malu.
Aku tak
menyangka Len akan menembakku. Aku sangat senang.
‘’Tentu saja
Len, (^_^)9’’ jawabku tanpa pikir panjang.
‘’Hahahaaha,
respon yang sangat cepat. ….
Kaukan
sendirian dirumah, apa bolehkah aku mengunjungi rumahmu?’’ Tanya Len.
“Tentu saja’’
jawabku lagi.
Sepulang sekolah kami berjalan
bersama ke rumahku.
‘’Astaga!!!Kenapa
aku bisa lupa? Banyak barang-barang yang tidak boleh kuperlihatkan pada Len.
Bagaimana ini?’’ Gumamku panic.
‘’Kenapa Gumi
kau terlihat panic begitu?’’ Tanya Len.
Continued…

Tidak ada komentar:
Posting Komentar