Judul : He is Mine
Genre :Romance,Gore,Slice of life,School
Chapter 1/3

Ayah sangat sibuk dengan
pekerjannya, sehingga membiarkan ibu yang terbaring sakit.
‘’Ayah!!
Cepat bawa ibu ke rumah sakit,kasian ibu. Ayah ….’’ Kataku panic
‘’Apa’an sih
kamu Gumi ayah sibuk. Urus saja ibumu sendiri’’jawab Ayah membentakku
‘’Sudahlah Gumi,
ibu tak apa-a….’’suaranya perlahan-lahan mengecil
‘’Ibu,ibu
bangun bu …..’’ menggoyangkan tubuh Ibu
Air mata
mengalir deras dari mataku, sedangkan Ayah pura-pura bodoh dan tak tau menahu
dengan kami.
‘’Aku sangat
benci Ayah!!!’’teriakku sambil menghapus air mata dari pipiku
Beberapa hari kemudian, setelah
kematian Ibu.
‘’Gumi, Ayah
pergi bersama istri baru ayah chiaki-san. Ayah akan mengirimkanmu uang setiap
bulannya, jadi jangan khawatir. Jaga dirimu baik-baik ya Gumi!!”katanya dari
balik pintu
Aku hanya
diam ketika mendengarnya, mulai dari saat itu, sering kali aku berusaha mencari
cara agar aku senang dan meluapkan semua kekesalanku dengan cara membedah hewan
dan mengoleksi organ tubuhnya, tak lupa ku catat apa saja yang aku bedah dibuku
catatanku.
‘’Are kenapa
melakukan ini hanya membuatku sedikit senang. Apakah ada cara untuk membuatku
lebih senang lagi?’’ gumamku bertanya-tanya.
Setelah Ayah
pergi, akupun pergi ke sekolah.
____
‘’Ooooi,
Minna!!! Coba liat Gumi, ayahnya meninggalkan dia, karena gak kuat dengan sikap
anehnya itu loo, dan juga ibunya baru mati. Pasti ibunya merasa senang,
tentram, damai. Karena terbebas dari sifat anaknya yang aneh!!!! Yakan?’’ ejek
Rin teman sekelasku.
‘’Ahh?Benarkah?
Darimana kau tau perasaan orang yang sudah meninggal seperti ibuku, apakah
orang yang meninggal itu bangkit kembali dan menceritakan perasaannya
padamu!!’’ Jawabku
‘’…..atau aku
perlu membuatmu merasakan apa yang orang mati rasakan’, ahh benar juga! Aku
belum mencoba membunuh orang, aku juga ingin tau bagaimana perasaanku setelah
itu.’’ gumamku.
‘’Hah? Dasar
aneh, aku tak mengerti apa yang kau bicarakan’’ ejeknya lagi.
Aku diam
memendam kemarahanku dan berusaha tersenyum
‘’Idiiih,
kenapa senyum-senyum gituh. Kaya orang gila’’ ejek Rin.
‘’Cukup Rin!! Kau jangan mengejeknya seperti
itu, harusnya kita berduka atas kematian ibunya!!’’Teriak Len berusaha
melindungiku.
Rin tidak
mendengarkan perkataan Len, dan pergi dari mejaku.
‘’Arigato,
Len’’ kataku berterimakasih padanya.
‘’ha’I, do
itashimashite’’ jawabnya tersenyum.
Mulai dari
saat itu aku mulai menyukai Len. Tapi semua
orang selalu membicarakan hal buruk tentangku.
____
‘’Teng-Teng’’
Bel berbunyi tanda pelajaran dimulai. Pelajaran dimulai ke ruang lab.
Aku sangat
menyukai aroma ruang lab ini, entah kenapa aroma ruang lab ini sedikit
menenangkan hatiku dari perkataan Rin tadi.
‘’Hari ini
kita akan mengetahui organ-organ hewan dengan membelahnya, perhatikan sensei
saat melakukannya.’’ jelas Sensei.
Aku tak
memperhatikan Sensei dan langsung mengerjakannya. Sedangkan di sampingku…
‘’Ne Len, kau
maukan membelahkannya untukku, aku nggak bisa~~~’’ pinta Rin genit.
‘’I-iyaaa..’’
Jawab Len menuruti perintahnya.
Tiba – tiba
‘’Le~~~~n’’ kata Rin mengagetkan Len. Len terkejut dan tak sengaja pisau itu
mengenai tangannya. ‘’ Araaa.. Len, hontouni gomenasai. Daijobu desu ka?’’
Tanya Rin dengan nada mengeja.
‘’Daijobu
desu’’ jawab Len menahan rasa sakit sambil menuju ke UKS.
‘’Dasar
laki-laki bodoh’’ kata Rin tertawa kecil.
Aku
melihatnya kesal, sangat kesal!!!!!.
Kekesalanku pada ayah dan Rin menjadi satu. Aku berusaha memendam kekesalanku
sambil menunggu pelajaran usai.
*skip*
Semua murid
dan guru pulang,karena pada hari itu sekolah kami pulang cepat.Yang tersisa
hanyalah aku dan Rin Karena kami berdua piket membersihkan ruang lab.Tanpa
pikir panjang ku mengambil pisau dari tasku yang biasanya kugunakan untuk
membelah hewan, dan sekarang akan kugunakan untuk membelah manusia. Dipisau itu
aku masih bisa mencium darah kodok yang kubelah kemarin, ku mendekat dan terus
mendekatinya. Ada perasaan takut terselip di hatiku.
‘’Bagaimana
ini, kenapa tiba-tiba rasa takut terselip dihatiku. Apa yang harus kulakukan? Apakah aku harus
Membunuhnya atau tidak?’’ Gumamku takut.
Continued…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar