Selasa, 01 April 2014

He is Mine (Gumi Yandere) Chapter 1



Judul     : He is Mine
Genre   :Romance,Gore,Slice of life,School
Chapter 1/3



       Ayah sangat sibuk dengan pekerjannya, sehingga membiarkan ibu yang terbaring sakit.
‘’Ayah!! Cepat bawa ibu ke rumah sakit,kasian ibu. Ayah ….’’ Kataku panic
‘’Apa’an sih kamu Gumi ayah sibuk. Urus saja ibumu sendiri’’jawab Ayah membentakku
‘’Sudahlah Gumi, ibu tak apa-a….’’suaranya perlahan-lahan mengecil
‘’Ibu,ibu bangun bu …..’’ menggoyangkan tubuh Ibu
Air mata mengalir deras dari mataku, sedangkan Ayah pura-pura bodoh dan tak tau menahu dengan kami.
‘’Aku sangat benci Ayah!!!’’teriakku sambil menghapus air mata dari pipiku
                Beberapa hari kemudian, setelah kematian Ibu.
‘’Gumi, Ayah pergi bersama istri baru ayah chiaki-san. Ayah akan mengirimkanmu uang setiap bulannya, jadi jangan khawatir. Jaga dirimu baik-baik ya Gumi!!”katanya dari balik pintu
Aku hanya diam ketika mendengarnya, mulai dari saat itu, sering kali aku berusaha mencari cara agar aku senang dan meluapkan semua kekesalanku dengan cara membedah hewan dan mengoleksi organ tubuhnya, tak lupa ku catat apa saja yang aku bedah dibuku catatanku.
‘’Are kenapa melakukan ini hanya membuatku sedikit senang. Apakah ada cara untuk membuatku lebih senang lagi?’’ gumamku bertanya-tanya.
Setelah Ayah pergi, akupun pergi ke sekolah.
____
‘’Ooooi, Minna!!! Coba liat Gumi, ayahnya meninggalkan dia, karena gak kuat dengan sikap anehnya itu loo, dan juga ibunya baru mati. Pasti ibunya merasa senang, tentram, damai. Karena terbebas dari sifat anaknya yang aneh!!!! Yakan?’’ ejek Rin teman sekelasku.
‘’Ahh?Benarkah? Darimana kau tau perasaan orang yang sudah meninggal seperti ibuku, apakah orang yang meninggal itu bangkit kembali dan menceritakan perasaannya padamu!!’’ Jawabku
‘’…..atau aku perlu membuatmu merasakan apa yang orang mati rasakan’, ahh benar juga! Aku belum mencoba membunuh orang, aku juga ingin tau bagaimana perasaanku setelah itu.’’ gumamku.
‘’Hah? Dasar aneh, aku tak mengerti apa yang kau bicarakan’’ ejeknya lagi.
Aku diam memendam kemarahanku dan berusaha tersenyum
‘’Idiiih, kenapa senyum-senyum gituh. Kaya orang gila’’ ejek Rin.
 ‘’Cukup Rin!! Kau jangan mengejeknya seperti itu, harusnya kita berduka atas kematian ibunya!!’’Teriak Len berusaha melindungiku.
Rin tidak mendengarkan perkataan Len, dan pergi dari mejaku.
‘’Arigato, Len’’ kataku berterimakasih padanya.
‘’ha’I, do itashimashite’’ jawabnya tersenyum.
Mulai dari saat itu aku mulai menyukai Len.  Tapi semua orang selalu membicarakan hal buruk tentangku.
____
‘’Teng-Teng’’ Bel berbunyi tanda pelajaran dimulai. Pelajaran dimulai ke ruang lab.
Aku sangat menyukai aroma ruang lab ini, entah kenapa aroma ruang lab ini sedikit menenangkan hatiku dari perkataan Rin tadi.
‘’Hari ini kita akan mengetahui organ-organ hewan dengan membelahnya, perhatikan sensei saat melakukannya.’’ jelas Sensei.
Aku tak memperhatikan Sensei dan langsung mengerjakannya. Sedangkan di sampingku…
‘’Ne Len, kau maukan membelahkannya untukku, aku nggak bisa~~~’’ pinta Rin genit.
‘’I-iyaaa..’’ Jawab Len menuruti perintahnya.
Tiba – tiba ‘’Le~~~~n’’ kata Rin mengagetkan Len. Len terkejut dan tak sengaja pisau itu mengenai tangannya. ‘’ Araaa.. Len, hontouni gomenasai. Daijobu desu ka?’’ Tanya Rin dengan nada mengeja.
‘’Daijobu desu’’ jawab Len menahan rasa sakit sambil menuju ke UKS.
‘’Dasar laki-laki bodoh’’ kata Rin tertawa kecil.
Aku melihatnya kesal,  sangat kesal!!!!!. Kekesalanku pada ayah dan Rin menjadi satu. Aku berusaha memendam kekesalanku sambil menunggu pelajaran usai.
*skip*
Semua murid dan guru pulang,karena pada hari itu sekolah kami pulang cepat.Yang tersisa hanyalah aku dan Rin Karena kami berdua piket membersihkan ruang lab.Tanpa pikir panjang ku mengambil pisau dari tasku yang biasanya kugunakan untuk membelah hewan, dan sekarang akan kugunakan untuk membelah manusia. Dipisau itu aku masih bisa mencium darah kodok yang kubelah kemarin, ku mendekat dan terus mendekatinya. Ada perasaan takut terselip di hatiku.
‘’Bagaimana ini, kenapa tiba-tiba rasa takut terselip dihatiku. Apa yang harus kulakukan? Apakah aku harus Membunuhnya atau tidak?’’ Gumamku takut.
Continued…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar